Menghafal Qur’an dengan Mushaf


Zaman boleh berubah tapi kebiasaan yang baik dalam keseharian hidup tak boleh dikalahkan dengan modernitas zaman sekarang. Terlebih sebagai seorang penghafal Al-Quran yang keshariannya selalu membersamai Quran kapan dan dimanapun tentunya dengan catatan yang dibolehkan oleh Islam dalam membawa dan membaca Al-Quran.

Membaca Al-Qur’an bernilai ibadah. Nabi menyebutkan bahwa pembacanya mendapat sepuluh kebaikan untuk setiap hurufnya. Al-Qur’an pun menjadi kitab suci yang dihafal, terlebih untuk ibadah shalat karena setidaknya seorang Muslim perlu menghafal surat al-Fatihah dan beberapa surat pendek untuk menambah keutamaan shalat. Imam Jalaludin As Suyuthi mencatat tentang hal ini dalam kitabnya al-Itqân fi ‘Ulûmil Qur’ân. Sebagai satu kitab populer dalam kajian ilmu Al-Qur’an, Imam As-Suyuthi menyebutkan bahwa tujuan membaca Al-Qur’an yang paling utama itu adalah memahami dan men-tadabburi (merenungi) maknanya.
Lalu bagaimana dengan Al-Quran yang termuat dalam benda persegi panjang yang pas digenggaman yang dinamakan Handphone ini, apakah diperbolehkan dan bisa mendapatkan pahala ketika membacanya. Ustadz Abdul Shomad atau yang lebih dikenal dengan sebutan UAS memberikan kesimpulan “ Bahwa membaca Al-Quran melalui media selain mushaf adalah diperbolehkan. Pahalanya pun tetap sama. Karena ukuran pahala itu dilihat dari pelafalan di mulut dan keikhasan di dalam hati kita.”

Akan tetapi, manusia dimana mereka memiliki titik focus yang berbeda kala melakukan sesuatu karena manusia memiliki titik focusnya masing-masing, terlebih ketika membaca Al-Quran menggunakan HP maka focusnya akan terpecah kala ada pesan masuk atau lain sebagainya yang membuat Dia ketika membaca Al-Qur’an berhenti dan beralih melakukan hal yang lain tanpa disadari atau tidak. Maka sudah sepatutnya, dan lebih baik kita membaca dan menghafal dengan menggunakan mushaf Al-Qur’an agar lebih focus dalam mentadaburinya dan menghafalkannya. Terlebih jika kita sebagai seorang penghafal Al-Qur’an dan pemula dalam hal itu.

Imam As Suyuthi lebih mengutamakan membaca secara bin nazhar daripada bil ghaib. Dengan membaca mushaf, menurut Imam As-Suyuthi, seseorang bisa memerhatikan betul huruf-huruf yang ada, sehingga tujuan tadabbur dan memahami makna Al-Qur’an ini bisa tercapai.

 الْقِرَاءَةُ فِي الْمُصْحَفِ أَفْضَلُ مِنَ الْقِرَاءَةِ مِنْ حِفْظِهِ لِأَنَّ النَّظَرَ فِيهِ عِبَادَةٌ مَطْلُوبَةٌ

 “Membaca Al-Qur’an di mushaf itu lebih utama dari membacanya secara hafalan karena ketika melihatnya terdapat nilai ibadah tersendiri yang dicari.”

Ungkapan ini sebgai sebuah catatan atau pengingat bagi penghafal Al-Qur’an. Karena pada dasarnya, mushaf Al-Qur’an memiliki arti sendiri bagi penghafal Qur’an dalam menghafalkannya. Beberapa orang lebih berasa ketika memngahfal atau membaca dengan menggunkan mushaf Al-Qur’an.

Kendatipun demikian. Bukan hal yang tidak mungkin ada seorang penghafal yang lebih merasa mengahayati ketika membaca hafalan Qur’annya dengan Bil Ghoib. Imam Nawawi memberikan kutipannya dalam kitab Al-Adzkar mengenai hal ini, sebagai berikut:

وَلَوْ قِيلَ إِنَّهُ يَخْتَلِفُ بِاخْتِلَافِ الْأَشْخَاصِ فَيُخْتَارُ الْقِرَاءَةُ فِيهِ لِمَنِ اسْتَوَى خُشُوعُهُ وَتَدَبُّرُهُ فِي حَالَتَيِ الْقِرَاءَةِ فِيهِ وَمِنَ الْحِفْظِ وَيُخْتَارُ الْقِرَاءَةُ مِنَ الْحِفْظِ لِمَنْ يَكْمُلُ بِذَلِكَ خُشُوعُهُ وَيَزِيدُ عَلَى خُشُوعِهِ وَتَدَبُّرِهِ لَوْ قَرَأَ مِنَ الْمُصْحَفِ لَكَانَ هَذَا قَوْلًا حَسَنًا.

“Bagi orang yang menyatakan bahwa keutamaan cara membaca itu berbeda tergantung tiap orang, maka hendaknya orang yang mengetahui bahwa ia akan lebih khusyuk dan mudah bertadabbur dengan membaca mushaf secara langsung. Bagi yang membaca Al-Qur’an secara hafalan, dan lebih sempurna khusyuk dan tadabbur-nya, maka hendaknya membaca secara hafalan. Tapi jika orang yang menghafal ini membaca mushaf secaa langsung. Maka itu juga termasuk sesuatu yang baik pula.”

Jadi pada kesimpulannya mengenai hal ini. Kita dituntut mengenal diri kita perihal membaca/ menghafal Quran dengan bin nazhar atau dengan hafalan bil ghoib. Hal ini pun perlu dirutinkan oleh pribadi penghafal itu sendiri agar mampu menghayati dalam membacanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jodoh, Cerminan Jiwa yang Sejati

Ayat-Ayat Cinta; Habiburrahman El-Shirazy

HARI GURU, INI HARI MU WAHAI GURU KU